Sejak awal peradaban manusia, pencarian terhadap Tuhan merupakan inti dari perjalanan batin manusia.
Di berbagai belahan dunia, manusia berusaha memahami sumber kehidupan dan keberadaan semesta.
Dua di antara ajaran besar yang menuntun umat manusia menuju pemahaman tersebut adalah ajaran Weda — dasar agama Hindu — dan Al-Qur’an, kitab suci umat Islam.
Keduanya lahir dalam konteks budaya yang sangat berbeda, namun menyampaikan satu pesan universal: bahwa Tuhan adalah Esa, tak berawal, tak berakhir, dan meliputi segala sesuatu.
1. Tuhan dalam Kitab Weda dan Upanishad
Kitab Weda merupakan kumpulan wahyu tertua dalam tradisi India kuno, disusun sekitar 1500–1200 SM.
Di dalamnya terdapat empat kitab utama: Rigveda, Yajurveda, Samaveda, dan Atharvaveda, yang berisi doa, pujian, serta ajaran spiritual para Rsi (orang bijak).
Bagian akhir dari Weda, yang disebut Upanishad, menjadi inti filsafat dan mistisisme Hindu.
Upanishad tidak sekadar membahas ritual, tetapi menyingkap hakikat realitas dan hubungan antara manusia dengan Tuhan.
Salah satu ajaran pentingnya adalah pernyataan:
> “Ekam eva advitiyam” — Yang Esa, tiada duanya.
(Chandogya Upanishad 6.2.1)
dan
> “Na tasya pratima asti” — Dia tidak memiliki rupa atau bentuk.
(Yajurveda 32.3)
Dua kutipan ini menunjukkan bahwa sejak masa lampau, tradisi Weda telah mengenal konsep ketuhanan yang tunggal, tak berwujud, dan transenden.
Tuhan dalam pandangan Weda disebut Brahman — kesadaran universal yang menjadi sumber segala sesuatu.
Brahman tidak memiliki bentuk fisik, tidak terbatas oleh ruang dan waktu, serta hadir di dalam seluruh ciptaan.
Dalam pemikiran Upanishad, jiwa manusia (Atman) adalah pancaran dari Brahman.
Mengenali diri sejati berarti mengenali Tuhan yang ada di dalam diri.
Maka jalan spiritual dalam ajaran ini bukan sekadar penyembahan luar, tetapi juga perjalanan batin untuk menemukan kesatuan antara Atman dan Brahman.
jika anda membutuhkan bunga cepat kunjungi situs berikut : Toko Bunga Mustikajaya
2. Tuhan dalam Islam dan Al-Qur’an
Dalam Islam, konsep ketuhanan dirangkum dalam satu kalimat suci:
> “La ilaha illallah” — Tiada Tuhan selain Allah.
Tauhid, yaitu pengesaan Tuhan, merupakan inti seluruh ajaran Islam.
Al-Qur’an menggambarkan Allah sebagai satu-satunya Pencipta, Pemelihara, dan Pengatur seluruh alam semesta:
> “Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa.
Allah tempat bergantung segala sesuatu.
Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan.
Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.”
(QS. Al-Ikhlas: 1–4)
Islam menolak segala bentuk penyekutuan atau perwujudan Tuhan dalam bentuk fisik.
Allah tidak dapat dibandingkan dengan apa pun:
> “Laisa kamitslihi syai’un” — Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya.
(QS. Asy-Syura: 11)
Dengan demikian, Islam menegaskan keesaan dan keabsolutan Tuhan, sekaligus menempatkan-Nya sebagai sumber kasih sayang dan petunjuk bagi seluruh ciptaan.
3. Titik Temu Ajaran Weda dan Islam
Jika dibandingkan secara mendalam, keduanya memiliki persamaan esensial dalam konsep ketuhanan:
Aspek Weda & Upanishad Islam & Al-Qur’an
Keesaan Tuhan “Ekam eva advitiyam” – Tuhan itu satu tanpa duanya. “La ilaha illallah” – Tiada Tuhan selain Allah.
Tak Berwujud “Na tasya pratima asti” – Dia tak memiliki rupa. “Laisa kamitslihi syai’un” – Tiada sesuatu pun serupa dengan-Nya.
Sumber Segala Kehidupan Brahman adalah asal dan akhir dari segalanya. Allah adalah Rabb semesta alam.
Tujuan Spiritual Menyadari kesatuan Atman dan Brahman. Menyembah Allah dengan sepenuh hati dan mengenal-Nya melalui iman dan amal.
Dari sudut pandang ini, ajaran Weda dan Islam sama-sama mengajarkan monoteisme murni, meskipun cara penyampaian dan terminologi yang digunakan berbeda.
4. Perbedaan Ekspresi dan Jalan Pendekatan
Perbedaan yang terlihat antara kedua ajaran ini lebih merupakan perbedaan bentuk ekspresi, bukan esensi.
Dalam tradisi Hindu, berbagai nama dan wujud dewa sering kali dianggap sebagai simbol dari satu Tuhan yang sama, bukan entitas terpisah.
Sedangkan dalam Islam, penyembahan simbol atau perantara dilarang secara tegas karena dapat mengaburkan kemurnian tauhid.
Keduanya berupaya menuntun manusia untuk mengenal Tuhan melalui cara yang sesuai dengan zamannya dan latar budayanya.
5. Kesimpulan: Satu Cahaya, Banyak Jalan
Dari India kuno hingga jazirah Arab, pesan ketuhanan yang sama telah bergema selama ribuan tahun.
Baik Weda maupun Al-Qur’an menuntun manusia menuju kesadaran akan Tuhan yang Esa, tak terbagi, dan menjadi sumber seluruh kehidupan.
Nama-Nya boleh disebut dengan cara yang berbeda — Brahman, Allah, Sang Hyang Widhi — tetapi hakikat-Nya tetap satu.
Dalam kesadaran ini, manusia dapat menemukan kedamaian sejati, karena memahami bahwa semua jalan kebenaran yang tulus akhirnya bermuara pada cinta dan pengenalan kepada Yang Maha Esa.

Comments